Navigating Volatile Tariffs: Best Practices for Financial Reporting
How to manage tariff changes and strengthen financial reporting in volatile trade environments.

Navigating Volatile Tariffs: Best Practices for Financial Reporting

November 2025

Global trade rules keep changing, and tariff rates can shift quickly. Recent U.S. import tariffs, for example, range from 10% to 50%—including about 19% for most Indonesian exports, but 0% for processed copper. This article shares practical steps for showing these changes clearly in your financial statements, while staying compliant and thinking strategically.

 

Key Steps for Better Financial Reporting and Planning

 

1. Track Tariff Changes and Their Start Dates
Tariffs often roll out in phases. For example, the new U.S. tariffs took effect on August 7, 2025, but goods shipped before this date received the old, lower rate until October 5, 2025.
Action: Keep a calendar of tariff changes and grace periods. Show these timelines clearly in your financial statement notes so stakeholders understand the impact.

 

2. Keep Product Classifications Consistent and Show Big Impacts
Tariffs can change your cost of goods sold, profit margins, and inventory value. If some products have different rates (e.g., 19% for most goods but 0% for copper), explain the difference openly.
Action: Group imported goods by tariff rate, adjust your cost calculations, and clearly show any major impact on your P&L or balance sheet, especially for high-volume or critical products.

 

3. Use Scenario Planning to Manage Risks
Tariff rates can change during negotiations—such as the U.S. rate for Indonesian goods dropping from a planned 32% to 19%.
Action: Build forecasts with best-case, middle-case, and worst-case tariff scenarios. Include these in sensitivity analyses in your MD&A or similar sections.

 

4. Take Advantage of Trade Agreements
Indonesia is reducing tariff risks by signing trade deals like IEU-CEPA (EU), Canada CEPA, Peru CEPA, and I-EAEU FTA. These can lower tariffs or open new markets.
Action: Highlight in your financial notes any benefits from these agreements—such as tariff cuts, exemptions, or market expansions.

 

5. Share Government Negotiation Outcomes
Indonesia’s talks with the U.S. helped reduce some tariffs from 32% to 19% and secured 0% for copper.
Action: Report how such negotiations affect your tariff exposure, both in your financial statements and in investor updates.

 

Tariff changes are more than an operational issue—they directly affect financial reporting. By working with a trusted advisor like Moores Rowland Indonesia, your company can stay prepared, transparent, and compliant, even in uncertain times.

For more information on how Moores Rowland Indonesia can help your business, contact us today for a free consultation.

---

Menavigasi Tarif yang Fluktuatif: Praktik Terbaik untuk Pelaporan Keuangan

 

Aturan perdagangan global terus berubah, dan tarif dapat bergeser dengan cepat. Misalnya, tarif impor AS baru-baru ini berkisar antara 10% hingga 50%—sekitar 19% untuk sebagian besar ekspor Indonesia, namun 0% untuk tembaga olahan. Artikel ini membagikan langkah-langkah praktis untuk menampilkan perubahan tersebut secara jelas dalam laporan keuangan Anda, dengan tetap mematuhi aturan dan berpikir strategis.

 

Langkah Kunci untuk Pelaporan dan Perencanaan Keuangan yang Lebih Baik

 

1. Lacak Perubahan Tarif dan Tanggal Penerapannya
Tarif sering diberlakukan secara bertahap. Sebagai contoh, tarif baru AS mulai berlaku pada 7 Agustus 2025, tetapi barang yang dikirim sebelum tanggal tersebut masih dapat memperoleh tarif lama yang lebih rendah hingga 5 Oktober 2025.
Tindakan: Catat kalender perubahan tarif dan masa tenggangnya. Cantumkan linimasa ini secara jelas dalam catatan laporan keuangan agar para pemangku kepentingan memahami dampaknya.

 

2. Jaga Konsistensi Klasifikasi Produk dan Tunjukkan Dampak Signifikan
Tarif dapat memengaruhi harga pokok penjualan, margin laba, dan nilai persediaan. Jika beberapa produk memiliki tarif berbeda (misalnya, 19% untuk sebagian besar barang tetapi 0% untuk tembaga), jelaskan perbedaannya secara transparan.
Tindakan: Kelompokkan barang impor berdasarkan tarif, sesuaikan perhitungan biaya, dan tampilkan dengan jelas dampak signifikan terhadap laporan laba rugi atau neraca, terutama untuk produk dengan volume tinggi atau produk strategis.

 

3. Gunakan Perencanaan Skenario untuk Mengelola Risiko
Tarif dapat berubah selama proses negosiasi—misalnya, tarif AS untuk barang Indonesia yang semula direncanakan sebesar 32% diturunkan menjadi 19%.
Tindakan: Buat proyeksi dengan skenario terbaik, moderat, dan terburuk. Sertakan skenario ini dalam analisis sensitivitas di MD&A atau bagian serupa.

 

4. Manfaatkan Perjanjian Perdagangan
Indonesia mengurangi risiko tarif dengan menandatangani berbagai perjanjian perdagangan seperti IEU-CEPA (UE), Canada CEPA, Peru CEPA, dan I-EAEU FTA. Perjanjian ini dapat menurunkan tarif atau membuka akses pasar baru.
Tindakan: Tekankan dalam catatan keuangan manfaat yang diperoleh dari perjanjian ini—misalnya pengurangan tarif, pengecualian, atau perluasan pasar.

 

5. Laporkan Hasil Negosiasi Pemerintah
Perundingan Indonesia dengan AS berhasil menurunkan sebagian tarif dari 32% menjadi 19% serta memastikan tarif 0% untuk tembaga.
Tindakan: Laporkan bagaimana hasil negosiasi tersebut memengaruhi eksposur tarif perusahaan, baik dalam laporan keuangan maupun dalam pembaruan kepada investor.

 

Perubahan tarif bukan sekadar isu operasional—perubahan tersebut berdampak langsung pada pelaporan keuangan. Dengan bekerja sama dengan penasihat tepercaya seperti Moores Rowland, perusahaan Anda dapat tetap siap, transparan, dan patuh, bahkan di tengah ketidakpastian.

 

Untuk informasi lebih lanjut tentang bagaimana Moores Rowland dapat membantu bisnis Anda, hubungi kami hari ini.